Cerita Farhan Arifandi, Lulusan AWS Back-End Academy, yang Berkat Niat Kuat dapat Berkarier di BUMN Setelah Belajar di Program AWS
Kesuksesan takkan terwujud tanpa niat yang kuat. Farhan Arifandi (23) sangat paham akan hal ini. Tumbuh di tengah keluarga sederhana yang suportif, ia percaya bahwa kekuatan niat akan membawanya pada hal yang diinginkannya. Keinginannya sederhana: sukses dalam bidang teknologi.
“Sejak kecil, saya suka bermain game di gadget, PC, dan ponsel, juga mengotak-ngatik Ms. Office,” kenang Farhan.
Perjalanan ini membawanya pada berbagai peluang dan tantangan yang membentuk masa depannya, termasuk saat ia melanjutkan kuliah di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Di tengah masa kuliahnya, Farhan menemukan AWS Back-End Academy. Baginya, ini adalah kesempatan emas untuk mengembangkan keterampilannya lebih jauh.
Melalui program ini, ia tidak hanya mempelajari tentang cloud infrastructure, tetapi juga meraih AWS Certified Cloud Practitioner (CCP). Sertifikasi ini membantu Farhan untuk memvalidasi kemampuannya sebagai back-end developer di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Lalu, bagaimana perjalanan Farhan di AWS Back-End Academy membentuknya menjadi seorang back-end developer andal? Simak kisahnya berikut!
Lahir dan besar di Kota Denpasar, Bali, Farhan tumbuh di lingkungan guru yang selalu mengajarkannya nilai-nilai ketekunan. Ayahnya sebagai pilar utama yang menyokong kehidupan dan pendidikan Farhan wafat pada tahun 2013, meninggalkan sang ibu. Sebagai putra tunggal, Farhan merasakan tanggung jawab finansial sejak usia dini.
“Kondisi finansial keluarga kami bisa dibilang pas-pasan. Pendapatan ibu sebagai guru hampir tidak mencukupi. Bahkan sebelum lulus kuliah, saya merasa harus membantu menghidupi diri sendiri dan keluarga,” ujar Farhan.
Niat yang kuat ini berjumpa dengan gairah lama Farhan di bidang teknologi. Awalnya, ia gemar bermain game di gadget, seperti ponsel dan PC. Dari situ, tumbuhlah rasa penasaran pada dunia IT. Rasa ingin tahu ini berubah menjadi minat saat Farhan duduk di bangku SMP, yaitu saat ia mengikuti ekstrakurikuler fisika dan kompetisi komputer.
“Kalah tiga kali di lomba fisika dan tiga kali juara di lomba komputer membuka mata saya, bahwa minat dan bakat alami saya ada di bidang teknologi,” ceritanya.
Namun, minatnya ke bidang IT membawa Farhan pada dilema. Kemampuan teknisnya belum terasah dan ia kesulitan mengejar ketertinggalan dari teman-temannya. Hal ini terasa saat ia mengikuti kompetisi pemrograman di SMA.
Meski keterampilannya masih kurang, niat dan kegigihan Farhan membuahkan hasil ketika ia terpilih sebagai peserta Olimpiade Sains Nasional bidang Informatika pada 2018. Prestasi ini membuka pintu baginya untuk melanjutkan studi di Teknik Informatika ITS yang bergengsi. Namun, jalan Farhan tidak selalu mulus. Pada semester ketiga, ia menghadapi momen krusial.
“Saat mendaftar sebagai panitia kampus di divisi IT Development, saya sadar kalau saya tidak tahu banyak tentang pengembangan web.”
Meski tidak lolos, hal itu mendorong tekadnya untuk menguasai pengembangan web. Peluangnya datang ketika ia menerima beasiswa dari Dicoding, tepatnya di kelas Belajar Dasar Pemrograman Web. Ini menjadi langkah penting yang membawanya menjadi pengembang web andal di masa depan, terutama ranah back-end.
Perjalanan Farhan menuju dunia teknologi terus berlanjut, dan suatu hari, ia menemukan peluang besar melalui program AWS Scholarship. Ia mendapatkannya melalui media sosial dan newsletter dari Dicoding.
“Sebenarnya, saya sudah ambil AWS Scholarship sejak tahun 2021,” ungkap Farhan.
Saat itu, Dicoding mengumumkan adanya beasiswa dari AWS bertepatan dengan program studi independen Kampus Merdeka yang diadakan oleh kampusnya, ITS. Program ini bekerja sama dengan AWS, memberikan kesempatan bagi peserta yang berhasil menyelesaikan program tersebut untuk mengikuti sertifikasi AWS Certified Cloud Practitioner secara gratis.
Melihat peluang ini, Farhan tidak ragu untuk mendaftar. “Saya ambil beasiswa dari AWS untuk jadi tambahan ilmu dalam mempersiapkan diri untuk ujian sertifikasi AWS CCP,” jelas Farhan.
Motivasi Farhan untuk mendaftar AWS Scholarship tidak hanya untuk mempersiapkan ujian sertifikasi AWS CCP, tetapi juga untuk meningkatkan pengetahuannya dalam bidang teknologi cloud. “Untuk persiapan ujian sertifikasi AWS CCP dan tentunya sebagai tambahan ilmu untuk meningkatkan value diri maupun sebagai bekal di masa depan,” ungkap Farhan.
Pengalaman belajar selama di AWS Scholarship Program sangat bermanfaat. Ia merasa materi yang diberikan sangat baik dalam membantu memahami layanan-layanan yang ada di AWS karena diberikan dengan cara storytelling. Setiap modul dilengkapi dengan knowledge check yang membantunya mereviu pemahaman terkait layanan yang dipelajari.
“Soal simulasi ujian yang disediakan juga sangat berguna. Bahkan, saya mengerjakan ulang soal-soal tersebut menjelang ujian sertifikasi,” jelas Farhan.
Namun, perjalanan belajar Farhan bukan tanpa tantangan. Ia mengakui, banyak hal yang masih sangat asing, terutama terkait networking karena ia belum pernah pakai cloud infrastructure sebelumnya. Untuk mengatasi tantangan ini, ia terus mereviu dan mengeksplorasi layanan AWS setelah program selesai.
“Saya memakai platform training yang disediakan AWS untuk latihan langsung, serta belajar melalui video, artikel, dan dokumentasi yang ada,” katanya.
Setelah belajar di AWS Scholarship Program, Farhan memperoleh banyak pengetahuan dan keterampilan yang memperkaya portofolionya dalam bidang infrastruktur cloud dan pengembangan back-end.
“Lulus dari program AWS, saya bisa mengembangkan pemahaman mengenai SDLC pada sisi back-end, tak hanya dari segi programming, tetapi juga dari segi infrastruktur dan keamanan,” cerita Farhan.
Ia belajar tentang layanan infrastruktur cloud di AWS dan implementasinya. Program ini mengajarkan Farhan praktik terbaik dalam melakukan deployment dan mengelola lingkungan aplikasi, khususnya pada arsitektur cloud.
Namun, ia menyadari bahwa pengetahuannya masih perlu ditingkatkan untuk mencapai sertifikasi AWS Solutions Architect Associate. Baginya, materi ujian AWS Solutions Architect Associate sangat luas dan spesifik terkait implementasinya. Oleh karena itu, ia terus belajar dan mengeksplorasi layanan AWS untuk memahami implementasinya lebih dalam.
Saat ini, Farhan bekerja sebagai back-end developer di Bank Mandiri. Kisahnya sendiri cukup menarik. Diawali dengan kunjungan My Digital Academy Batch 2 ke kampusnya, dari situ, ia mendaftar program ODP IT Bank Mandiri dan melalui rangkaian bootcamp dari Desember 2023 sampai Februari 2024.
“Sebelum final day di Januari, saya dapat panggilan untuk medical check up dan interview user. Sampai akhirnya, di bulan Februari, saya menjadi back-end developer di Mandiri,” kenangnya.
Farhan mengakui bahwa ilmu dari AWS berguna dalam menunjang pekerjaannya. Pengetahuan tentang alur proses development, maintenance aplikasi, serta monitoring dan pelacakan sangat membantunya dalam pekerjaan hariannya sebagai back-end developer.
“Jika terjadi masalah pada aplikasi, saya punya gambaran bagaimana cara melacak isunya, memahami alur aplikasi hingga menemukan possible source of error-nya,” kata Farhan.
Farhan juga merasa kalau konsep dan layanan yang dipelajari selama AWS Scholarship Program sangat mirip dengan yang ia gunakan sekarang.
“Beberapa service dan konsep yang digunakan, seperti API gateway, WAF, CDN (CloudFront di AWS), load balancing, dan auto scaling hingga model billing di cloud, semuanya sangat mirip dengan yang sudah saya pelajari,” tambah Farhan.
Farhan memahami bahwa dunia teknologi terus berkembang dan untuk tetap relevan, seseorang harus terus beradaptasi dengan perubahan.
“Seiring berjalannya waktu, bidang IT terus berkembang dan kebutuhan industri akan terus berubah menyesuaikan perkembangan zaman,” katanya.
Banyak bahasa pemrograman, framework, dan library baru yang muncul dan menjadi tren. Hal ini sangat berbeda dibandingkan dengan lima tahun yang lalu. Berangkat dari sini, Farhan mengingatkan calon talenta digital untuk tidak terjebak dalam zona nyaman.
“Bila kita terus berada di zona nyaman karena merasa skill kita sudah cukup, kita bisa tertinggal karena kemampuan kita semakin ‘outdated’ di mata industri,” ujar Farhan.
Oleh karena itu, Farhan mendorong para talenta digital untuk tidak pernah lelah belajar dan mengembangkan diri. Teruslah mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Menurutnya, bisa saja hari ini tidak terlalu butuh ilmu tersebut, tetapi di masa depan, kita siap dan punya bekal untuk menghadapinya. Farhan juga menekankan pentingnya memanfaatkan peluang beasiswa yang ada.
“Dicoding dan AWS sudah banyak menyediakan kesempatan untuk meraih ilmu dan bahkan sertifikasi secara gratis. Tinggal masalah kemauan dari diri kita sendiri,” tutup Farhan.