Cerita Ricky Tanudjaja, Lulusan AWS DevOps and Back-End Developer Scholarship Program yang Senantiasa Berusaha Menjadi Talenta Digital yang Terus Belajar
Apa pun posisi profesional yang sudah ditempati oleh seorang talenta digital, pantang bagi mereka untuk berhenti belajar. Itulah yang diyakini oleh Ricky Tanudjaja (28), seorang lulusan AWS DevOps and Back-End Developer Scholarship Program. Meski telah berkarier secara purnawaktu di sebuah perusahaan internasional, ia masih memberikan ruang untuk dirinya jauh lebih berkembang.
Ricky sadar, teknologi terus berkembang dan orang-orang yang berkarier di bidangnya harus selalu meningkatkan kualitas diri. Oleh karenanya, ia berusaha untuk terus belajar agar bisa menciptakan inovasi teknologi yang berdampak pada banyak orang.
Bagaimana perjalanan belajar Ricky selama mengembangkan diri pada AWS DevOps and Back-End Developer Scholarship Program? Mari kita baca selengkapnya!
Sejak kecil, Ricky sudah tertarik pada teknologi karena minatnya pada game. Beranjak ke bangku sekolah menengah, ia memutuskan untuk ikut ekstrakurikuler IT dan robotik. Kedua aktivitas tersebut membuka matanya dan membuatnya sadar bahwa “dunianya” memang ada di sana.
Baginya, belajar teknologi lebih dari sekadar kesenangan dan tantangan. Mempelajari ilmu satu ini membuka pintu harapannya agar suatu hari, ia bisa berkontribusi pada inovasi dan kemajuan teknologi yang dapat dimanfaatkan pada berbagai bidang. Memiliki tekad yang tak main-main, Ricky pun menempuh studi Sistem Komputasi dan Perangkat Lunak di University of Melbourne selepas lulus SMA.
Kesungguhan Ricky dalam belajar mengantarkannya untuk berkarier di berbagai perusahaan teknologi ternama setelah lulus kuliah. Pengalaman tersebut membuatnya akhirnya berlabuh di Sea, perusahaan teknologi yang menjadi induk dari Shopee, SeaBank, dan Garena yang bermarkas di Singapura. Pada perusahaan tersebut, Ricky dipercaya menjadi seorang senior software developer.
Menempati posisi senior di sebuah perusahaan tak padamkan semangat Ricky untuk meningkatkan kualitas diri. Baginya, proses belajar seorang talenta teknologi tidak boleh berakhir dan peningkatan kualitas diri harus selalu ada.
Oleh karenanya, antusias untuk mengembangkan keterampilannya, Ricky berselancar di internet untuk menemukan program belajar teknologi yang cocok ia jalani sembari bekerja. Pencariannya berujung pada AWS DevOps and Back-End Developer Scholarship Program yang memanfaatkan platform Dicoding sebagai media pembelajaran.
Melihat bahwa program beasiswa AWS dapat memberikannya peluang untuk memperdalam pemahaman terhadap bidang back-end dan teknologi cloud, Ricky tertarik untuk ikut serta.
Ia berharap bisa membuka peluang karier yang lebih menjanjikan dan daya saingnya sebagai talenta teknologi dapat meningkat. Akhirnya, Ricky pun berhasil menjadi salah satu penerima beasiswa.
Ricky mengakui bahwa mulanya, ia cukup skeptis dengan materi yang diajarkan. Ia khawatir pembelajaran yang diberikan program beasiswa AWS adalah sesuatu yang sudah ia kuasai, termasuk materi yang bisa diakses secara mandiri di mana saja, dan memiliki tingkatan yang terlalu mudah bagi seseorang yang sudah berpengalaman seperti dirinya.
Namun, dugaan itu salah saat Ricky sudah memulai proses belajarnya. Ia memahami di kemudian hari bahwa materi yang diajarkan pada program ini bersifat mendalam dengan kurikulum yang komprehensif. Selain itu, tugas yang diberikan kepada peserta belajar juga cukup menantang. Ricky bahkan “dipaksa” untuk bisa memahami konsep yang diajarkan.
“AWS DevOps and Back-End Developer Scholarship Program rupanya tidak hanya bermanfaat bagi mereka yang wawasan teknologinya masih berada pada tingkat pemula, tetapi juga amat membantu profesional yang sudah memiliki pengalaman kerja seperti saya. Program ini adalah sarana yang efektif untuk para profesional bisa memperbaharui keterampilan,” ungkapnya.
Dapat menjalani proses belajar pada program beasiswa AWS bukan berarti Ricky tak berhadapan dengan tantangan. Materi yang disampaikan secara daring justru menjadi ujian tersendiri bagi Ricky.
Hal itu menuntutnya untuk memiliki motivasi diri dan kedisiplinan yang kuat agar bisa konsisten menyelesaikan kelas sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan.
Meski seolah berpacu dengan waktu, Ricky mendapatkan hal yang dianggapnya berharga dari program beasiswa ini, yakni umpan balik atau feedback yang diberikan secara langsung oleh para reviewer.
“Dua hal yang saya anggap sebagai bagian terbaik dari ikut serta pada program beasiswa AWS. Pertama, adanya feedback dari reviewer yang membantu saya untuk memperbaiki dan menyempurnakan kode. Kedua, kehadiran mentor yang memberikan perspektif berharga dan wawasan tambahan yang sulit untuk saya temukan pada pembelajaran mandiri,” ucapnya.
Setelah belajar selama lebih dari 300 jam pada AWS DevOps and Back-End Developer Scholarship Program, Ricky merasa memperoleh banyak hal, dimulai dari pengetahuan menyeluruh tentang back-end development hingga keterampilan matang dalam membangun solusi back-end yang dapat diandalkan.
Lulus dari AWS DevOps and Back-End Developer Scholarship Program, Ricky melamar posisi Software Developer – Cloud Front-End pada Samsung Research Indonesia. Ilmu yang ia peroleh dari program beasiswa AWS membantunya saat menjalankan proses rekrutmen.
Fondasi kuat mengenai pemahaman konsep pengembangan back-end dan pengelolaan infrastruktur di lingkungan cloud membuat Ricky bisa menanggapi pertanyaan teknis selama wawancara berlangsung.
Selain itu, ia pun percaya diri dalam menjelaskan implementasi solusi penggunaan platform AWS dalam membuat aplikasi berbasis web. Memiliki narasi yang kuat selama proses rekrutmen, akhirnya, Ricky diterima pada posisi yang ditujunya.
Sebagai seorang software developer, Ricky memiliki berbagai tanggung jawab, yang dua di antaranya adalah menulis kode dan mengimplementasikan fitur baru pada aplikasi berbasis web. Selain itu, ia pun berkewajiban untuk memastikan kualitas kode yang ada sesuai dengan standar Samsung.
“Pekerjaan saya di kantor melibatkan layanan AWS Cloud karena AWS memberikan solusi efektif bagi aplikasi perusahaan besar dan keandalan layanannya terjamin. Oleh karenanya, pemahaman saya tentang AWS secara langsung berkontribusi pada proyek-proyek yang saya tangani di kantor,” ujarnya.
Agar para calon talenta digital dapat mengikuti jejaknya dalam berkarier di berbagai industri teknologi, Ricky membagikan beberapa poin sebagai tips.
“Pertama, jangan merasa rendah diri karena seseorang terlihat lebih ahli. Setiap individu punya perjalanan dan keunikan sendiri. Jangan membandingkan diri dengan orang lain. Kedua, beranilah untuk mencoba hal baru dan teruslah belajar dari kesalahan agar kemampuanmu semakin meningkat. Ketiga, milikilah komitmen dalam belajar, sifat pantang menyerah, dan kerja keras agar teman-teman dapat bernilai dan dibutuhkan di perusahaan ternama.”
Semoga ada lebih banyak talenta digital di Indonesia yang memiliki semangat belajar tinggi dan akhirnya berkarier di industri teknologi ternama, seperti Ricky Tanudjaja. Selamat meningkatkan kualitas diri!