Lagi Belajar DevOps? Berikut Tips Menjadi Seorang DevOps Engineer

Lagi Belajar DevOps? Berikut Tips Menjadi Seorang DevOps Engineer

14 Desember 2022

Apakah kamu saat ini sedang belajar atau menekuni dunia DevOps? Apakah kamu ingin menjadi seorang DevOps Engineer yang kompeten? Selamat, kamu mendarat di artikel yang tepat! Kamu harus tahu bahwa menjadi seorang DevOps Engineer itu bukanlah perkara yang mudah bak menjentikkan jari. Diperlukan pemahaman dari berbagai bidang IT untuk bisa bergelut di dunia DevOps. Untuk itu, simak beberapa tips menjadi seorang DevOps Engineer berikut ini.

Apa itu DevOps Engineer

DevOps Engineer atau dalam bahasa Indonesia disebut Insinyur DevOps adalah sebuah profesi dalam dunia IT (terutama dalam bidang pengembangan aplikasi) yang memiliki pemahaman mendalam tentang siklus hidup pengembangan perangkat lunak (software development life cycle).

Seorang DevOps Engineer sedang bekerja

Seorang DevOps Engineer perlu memahami sebab sebuah perusahaan harus berpindah dari satu model pengembangan aplikasi lawas (seperti Waterfall) ke model lainnya (dalam hal ini DevOps).

Bila sudah memutuskan berkarier menjadi seorang DevOps Engineer, kamu juga harus tahu bahwa pekerjaanmu mengharuskan berkolaborasi dengan berbagai tim, seperti Developer, System Administrator atau IT Operations, Information Security, dan staf IT lainnya yang memiliki pengetahuan mendalam tentang berbagai tools dalam mengembangkan pipeline untuk mengelola deployment dan proses pengembangan aplikasi.

Tim Development dan IT Operations sedang berdiskusi

Seiring adopsi kultur DevOps di berbagai perusahaan seantero dunia yang meningkat belakangan ini, membuat profesi DevOps Engineer kian dicari dan dibutuhkan oleh industri. Bagaimana tidak? Secara statistik, permintaan untuk DevOps Engineer telah meningkat sekitar 40-45% di pasar kerja dalam 3-4 tahun terakhir dan jumlahnya berkembang pesat.

Meski begitu, profesi DevOps Engineer merupakan pekerjaan menantang yang membutuhkan keahlian dan pengalaman memadai serta pengetahuan mendalam di lapangan.

Peran dan Tanggung Jawab DevOps Engineer

Seorang DevOps Engineer akan bekerja sama dengan tim Development (Developer) dan IT Operations untuk membuat dan mengimplementasikan sistem perangkat lunak. Oleh karena itu, mereka perlu berkolaborasi dan bersinergi dalam melakukan pekerjaan.

Peran dan tanggung jawab utama seorang DevOps Engineer beberapa hal berikut.

  1. Menulis dokumentasi untuk fitur di sisi server (server-side).
  2. Mengembangkan, memasang, menguji, mengonfigurasi, dan memelihara solusi IT (perangkat keras maupun perangkat lunak).
  3. Mengomunikasikan persyaratan operasional dan prakiraan pengembangan dengan semua orang di tim.
  4. Mengembangkan rencana dan proses untuk peningkatan dan perluasan teknologi yang digunakan.
  5. Menerapkan pembaruan secara otomatis ke lingkungan production menggunakan perangkat lunak manajemen konfigurasi (configuration management).
  6. Melakukan pemeliharaan aplikasi rutin dan tindakan pemecahan masalah untuk memastikan lingkungan production berjalan dengan lancar.
  7. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi peningkatan kinerja, mengidentifikasi solusi alternatif, dan membantu modifikasi.
Beasiswa AWS

Tips Menjadi Seorang DevOps Engineer

Setelah kamu mengetahui apa itu DevOps Engineer dan berbagai peran serta tanggung jawabnya, sekarang mari kita lihat apa beberapa tips untuk menjadi seorang DevOps Engineer yang kompeten.

Mengetahui Satu atau Beberapa Bahasa Pemrograman

Bahasa Pemrograman


Salah satu keterampilan dasar dan krusial untuk menjadi seorang DevOps Engineer adalah memiliki pengetahuan tentang bahasa pemrograman. Baik itu tugas melakukan debugging kode, mengintegrasikan perubahan kode aplikasi, mengotomatiskan proses development dan deployment, atau lainnya, seorang DevOps Engineer wajib mahir dengan bahasa pemrograman yang digunakan di perusahaan tempat kamu bekerja. Dengan begitu, kamu memahami perubahan apa yang dilakukan oleh Developer sehingga tidak buta saat melakukan deployment ke production.

Kamu dapat mempertimbangkan bahasa pemrograman seperti Python, Perl, Ruby, JavaScript (Node.js), Java, C#, dll., untuk masuk ke dunia DevOps.

Memahami Version Control System

git sebagai version control system


Sebagai seorang DevOps Engineer, pengetahuan tentang Version Control System seperti Git adalah suatu keharusan. Bayangkan, kamu akan bekerja dengan banyak orang dan tim yang berbeda dari berbagai belahan dunia, pastinya akan ada kebutuhan untuk menggabungkan kode dari sejumlah orang ke suatu repository terpusat.

Version Control System memungkinkan dan membantu kamu untuk memiliki kode aplikasi di repository terpusat. Sistem ini dapat membantu Developer untuk menggabungkan kode yang ia tulis dengan source code terpusat, kembali ke commit sebelumnya, dan berkolaborasi dengan Developer lain dalam mengembangkan aplikasi.

Selain itu, sistem ini juga dapat membantu mengelola source code untuk tim perangkat lunak dengan melacak semua modifikasi kode. Dengan begini, kesalahan dapat dengan mudah ditangani menggunakan Version Control System. Contoh tools Version Control System yang populer adalah Git, di mana VCS hosting provider ternamanya adalah GitHub, Gitlab, Bitbucket, dan sebagainya.

Memahami Sistem Operasi Linux

sistem operasi Linux

Memiliki keakraban dan pengetahuan tentang sistem operasi seperti Linux sangat penting untuk berkarier sebagai DevOps Engineer. Linux menjadi OS yang sangat disarankan untuk didalami bagi DevOps Engineer karena sebagian besar perusahaan menggunakan peralatan jaringan dan perangkat server yang umumnya memiliki sistem operasi Linux.

Meskipun kamu tidak harus menjadi ahli Linux, setidaknya kamu harus memiliki pemahaman umum tentang sistem operasi tersebut untuk hasil yang lebih baik. Pengetahuan yang harus kamu miliki adalah seputar konsep OS utama, seperti process management, I/O management, thread and concurrency, memory management, dan sebagainya.

Pengetahuan tentang Konfigurasi dan Deployment Perangkat Lunak

Sebagai orang DevOps, kamu harus tahu cara mengonfigurasi dan men-deploy perangkat lunak. DevOps Engineer bertanggung jawab untuk menjalankan berbagai hal dengan lancar sehingga pengetahuan tentang semua proses mulai dari konfigurasi hingga Deployment menjadi penting.

Selain itu, DevOps Engineer diharuskan mengotomatiskan proses deployment dan tugas administratif untuk meningkatkan keandalan, konsistensi, dan jumlah rilis yang akurat. Kemudian, seorang DevOps Engineer juga harus memiliki pengetahuan tentang cluster management dan container untuk mewujudkan deployment yang efektif. Kamu dapat menggunakan tools seperti Chef, Puppet, Ansible, Docker, dan Kubernetes untuk mengonfigurasi dan men-deploy aplikasi di lingkungan production.

Mengenali Konsep Infrastructure as Code

Infrastructure as Code (IaC)

Infrastructure as Code (IaC) adalah praktik yang memungkinkan proses deployment lebih mudah dan otomatis karena kamu dapat menghasilkan environment yang diinginkan sesuai kebutuhan dan persyaratan.

Sebagaimana tertuang pada namanya, Infrastructure as Code memungkinkan kamu untuk mengelola infrastruktur IT sebagai sebuah kode menggunakan berkas konfigurasi. Berbeda dengan masa lalu, sekarang tim IT Operations dapat menentukan stack sebagai berkas konfigurasi secara deklaratif dan kemudian berkas tersebut dapat di-deploy berkali-kali. Dengan praktik seperti ini, deployment menjadi cepat dan dapat terjadi secara instan pada setiap commit.

Ada berbagai IaC tools yang biasa digunakan oleh para profesional DevOps Engineer, seperti Terraform, SaltStack, AWS CloudFormation, dan masih banyak lagi.

Pemahaman tentang CI/CD Pipeline

CI/CD Pipeline

Pemahaman tentang proses Continuous Integration dan Continuous Delivery/Deployment (CI/CD) merupakan hal yang paling penting bagi seorang DevOps Engineer. Praktik CI/CD dapat dianggap sebagai bagian dari proses perilisan perangkat lunak yang biasa disebut sebagai delivery pipeline.

Continuous Integration berkaitan dengan integrasi kode oleh Developer ke dalam branch utama dari sebuah repository terpusat. Proses ini membantu Developer untuk pengurangan biaya, kerja efisien, dll. Sementara itu, Continuous Deployment adalah perpanjangan dari Continuous Integration dengan mengotomatiskan deployment kode yang telah divalidasi ke lingkungan production. Dengan bantuan Continuous Deployment, perilisan perangkat lunak menjadi lebih efisien dan mudah.

Ada berbagai tools yang bisa kamu gunakan untuk mengimplementasikan CI/CD pipeline, seperti Jenkins, CircleCI, Travis CI, GitLab, dll.

Menguasai Konsep Jaringan dan Keamanan

Jaringan Komputer

Seorang DevOps Engineer memiliki tanggung jawab untuk menangani berbagai server, koneksi, transfer data, dll. Oleh karena itu, mereka wajib punya pengetahuan tentang konsep jaringan untuk mengelola alur kerja IT.

Selain jaringan, seorang DevOps Engineer pun perlu memperhatikan sisi keamanan terhadap keseluruhan lingkungan IT perusahaan di setiap tahap, baik itu development, testing, deployment, atau lainnya. Kamu bisa membuat beberapa kebijakan keamanan untuk seisi perusahaan, mengelola dan mengontrol akses jaringan, dan mengotomatiskan proses keamanan sehingga semua infrastruktur dan proses dapat terjaga dengan aman.

Nah, itu dia berbagai hal dan tips yang perlu kamu ketahui untuk menjadi seorang DevOps Engineer. Semoga dengan membaca artikel ini, kamu menjadi lebih siap dan mau belajar lebih dalam, ya.

Sebenarnya, masih banyak hal-hal lain yang perlu dikuasai oleh DevOps Engineer. Kita sebut saja seperti automasi, monitoring, logging, cloud, dan masih banyak lagi.

Kamu bisa pelajari semua hal di atas dengan belajar di learning path kami yakni DevOps Engineer. Ambil kelas-kelasnya dan jadilah DevOps Engineer yang kompeten!

Pendaftaran Beasiswa